3 Saham dengan Dividen Terbesar Maret 2025: Apakah Masih Menarik Dibeli?
Bulan Maret 2025 akan menjadi momen penting bagi para investor yang mengincar dividen tinggi. Tiga saham berikut ini diproyeksikan akan membagikan dividen dengan yield terbesar. Tapi, apakah masih menarik untuk dibeli sekarang? Bagaimana prospeknya ke depan?
1. Bank Mandiri (BMRI): Dividen Tinggi dengan Valuasi Menarik
Bank Mandiri (BMRI) menjadi salah satu saham perbankan dengan proyeksi dividen yang cukup menarik di Maret 2025. Hingga artikel ini ditulis, laporan keuangan terbaru BMRI belum dirilis. Namun, berdasarkan estimasi, laba bersih per sahamnya pada 2024 diperkirakan mencapai Rp617, meningkat sekitar 4% dari tahun sebelumnya.
Dengan asumsi dividend payout ratio sekitar 60%, maka BMRI diproyeksikan akan membagikan dividen sekitar Rp370 per saham. Jika dihitung dengan harga saham per 3 Februari 2025, tingkat dividend yield-nya mencapai 6,44%. Cukup menarik, bukan?
Apakah BMRI Masih Layak Dibeli?
Secara valuasi, BMRI sudah berada di level yang relatif murah. Dari sisi price-to-book value (PBV), valuasinya saat ini telah menyentuh standar deviasi -1 dalam rentang tiga tahun terakhir. Bahkan, jika melihat PBV lima tahunnya, BMRI sudah berada di level minimum yang sebelumnya hanya terlihat saat pemulihan pasca-krisis COVID-19 di 2020-2021.
Meskipun masih ada potensi koreksi harga saham dalam jangka pendek, bagi investor jangka panjang (>2 tahun), fluktuasi ini seharusnya bukan masalah besar. Apalagi, jika dibandingkan dengan PBV saham bank besar lainnya seperti BBRI dan BBCA, BMRI terlihat cukup kompetitif.
2. Bank Negara Indonesia (BBNI): Yield Lebih Tinggi, Tapi Ada Tantangan
BBNI juga menjadi kandidat saham dengan dividen menarik di Maret 2025. Laba bersih per sahamnya pada 2024 diperkirakan mencapai Rp575, dengan asumsi dividend payout ratio sebesar 55%. Ini sesuai dengan pernyataan manajemen yang berencana menaikkan rasio pembayaran dividen ke kisaran 55%-60%.
Dengan skenario tersebut, BBNI diprediksi akan membagikan dividen sekitar Rp316 per saham, menghasilkan dividend yield sebesar 6,74% berdasarkan harga saham per 3 Februari 2025.
Bagaimana Prospeknya?
Berbeda dengan tiga bank besar lainnya (BMRI, BBRI, dan BBCA), BBNI memiliki skala bisnis yang lebih kecil dan menghadapi tantangan unik. Salah satunya adalah cost of fund yang tinggi, yang dapat memperlambat pertumbuhan laba.
Namun, jika suku bunga BI turun dalam beberapa bulan ke depan, tekanan ini bisa berkurang. Jadi, meskipun BBNI masih menarik untuk jangka panjang, investor sebaiknya mempertimbangkan diversifikasi dan tidak menaruh semua modal hanya di satu saham bank besar.
3. Bank Jatim (BJTM): Juara Yield Tapi Ada Risiko
Terakhir, ada saham BJTM yang diproyeksikan membagikan dividen sekitar Rp43 per saham pada 2025. Angka ini berasal dari estimasi laba bersih per saham Rp86 dengan payout ratio sekitar 50%.
Dengan harga saham per 3 Februari 2025, dividend yield BJTM diperkirakan mencapai 7,54%, tertinggi di antara ketiga saham dalam daftar ini.
Apakah BJTM Aman?
BJTM adalah bank daerah dengan skala lebih kecil dibandingkan bank nasional. Hal ini membuatnya lebih sensitif terhadap kebijakan suku bunga. Ketika suku bunga naik, margin keuntungan bank kecil seperti BJTM bisa tertekan karena mereka harus menaikkan suku bunga deposito untuk menarik dana.
Selain itu, bank daerah juga memiliki risiko kredit yang lebih tinggi, terutama jika ekonomi mengalami perlambatan. Namun, jika suku bunga mulai turun, bank-bank kecil seperti BJTM justru bisa mendapatkan keuntungan besar dari penurunan biaya dana.
Kesimpulan: Mana Saham yang Paling Menarik?
Ketiga saham di atas menawarkan dividend yield yang cukup menggiurkan, terutama di sektor perbankan. Namun, masing-masing memiliki kelebihan dan risiko:
- BMRI: Valuasi menarik, yield kompetitif, cocok untuk investor jangka panjang.
- BBNI: Yield lebih tinggi, tapi tantangan cost of fund perlu diperhatikan.
- BJTM: Yield tertinggi, namun lebih sensitif terhadap suku bunga.
Jika Anda mencari kombinasi yield tinggi dan valuasi yang menarik, BMRI bisa menjadi pilihan utama. Namun, bagi yang ingin risiko lebih besar dengan imbal hasil lebih tinggi, BJTM patut dipertimbangkan. Sementara itu, BBNI bisa menjadi opsi menengah dengan potensi pertumbuhan yang solid.
Namun, perlu diingat bahwa pasar saham selalu memiliki risiko. Faktor eksternal seperti kebijakan suku bunga The Fed, kondisi ekonomi global, dan dinamika politik bisa mempengaruhi pergerakan harga saham dalam jangka pendek.
Jadi, strategi terbaik? Diversifikasi dan sesuaikan dengan profil risiko Anda. Jangan hanya mengejar dividen, tapi juga pertimbangkan pertumbuhan modal di masa depan!