Analisis Saham

Analisis Saham AMRT: Ketika Biaya Operasional Meningkat dan Margin Tergerus, Apakah Masih Layak Dibeli?

AMRT (PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk): Saham Ritel yang Sedang Uji Ketahanan

Siapa yang tak kenal Alfamart? Ritel sejuta umat ini dimiliki oleh PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (kode saham: AMRT), yang dikenal sebagai pemain besar dalam dunia minimarket di Indonesia. Tapi, meskipun penjualannya tetap stabil, laporan keuangan terbaru menunjukkan bahwa biaya operasional yang meningkat tajam mulai menggigit margin keuntungannya. Jadi, pertanyaannya sekarang: apakah AMRT masih layak dikoleksi untuk jangka menengah dan panjang?

Kinerja FY2024: Pendapatan Oke, Laba Bersih Melorot

Di tengah tantangan daya beli yang melemah, AMRT mencetak pendapatan sebesar IDR118,2 triliun sepanjang 2024, tumbuh 10,5% YoY. Penjualan kuartal keempat juga solid di angka IDR30 triliun, naik 11,5% YoY. Tapi jangan dulu bertepuk tangan—laba bersih justru anjlok 7,5% YoY, hanya mencapai IDR3,1 triliun.

Kok bisa? Salah satu biangnya adalah biaya yang meledak, terutama dari pembukaan empat Distribution Center (DC) baru sepanjang tahun 2024—tiga di antaranya berada di luar Pulau Jawa. Biaya sewa dan utilitas melonjak, masing-masing naik 16,4% dan 16,2% YoY, melampaui pertumbuhan penjualan itu sendiri.

Margin yang Terjepit: Tanda Bahaya untuk Jangka Pendek

Gross margin AMRT turun tipis sebesar 10bps ke level 21,5%, sementara operating margin turun lebih dalam sebesar 70bps menjadi 3,4%. Naiknya biaya operasional seperti sewa, listrik, dan gaji akibat ekspansi besar-besaran menjadi penyebab utama. Menariknya, meskipun ada tekanan biaya, komponen gaji masih terkontrol, naik hanya 9,9% YoY dan tetap mendominasi 53% dari total opex.

Namun, tekanan belum berhenti sampai di situ. Item non-core dan pendapatan/biaya lain juga meleset dari ekspektasi, membuat laba makin tipis. Manajemen diperkirakan akan memberikan penjelasan lebih detail dalam pertemuan investor berikutnya.

Kuartal I-2025: Performa Masih Campur Aduk

Menatap Q1-2025, AMRT diperkirakan masih mencatat pertumbuhan pendapatan yang sehat, terutama berkat momen Ramadan dan Lebaran yang biasanya mendorong belanja masyarakat. Tapi, cerita utamanya justru ada di skala operasional dari DC baru.

Ya, ekspansi besar memang menyakitkan di awal, seperti tanjakan curam sebelum mencapai puncak. Tapi jika efisiensi dari DC baru mulai terasa di akhir 2025 nanti, potensi perbaikan margin bisa jadi kejutan manis. Ingat, AMRT pernah melewati masa sulit di 2015–2016 dan tetap mencatat pertumbuhan dua digit. Sejarah menunjukkan, perusahaan ini tahu cara bertahan.

Proyeksi 2025: Tahun Transisi Sebelum Panen di 2026?

Kami memperkirakan pendapatan FY25 akan naik 11,1% YoY, sejalan dengan ekspansi gerai dan pertumbuhan penjualan toko yang stabil (SSSG). Untuk margin, diperkirakan ada sedikit pemulihan ke gross margin 21,7%, seiring dengan efisiensi pemasaran dan fokus optimalisasi DC.

Namun, operating margin masih akan sedikit melemah, diproyeksikan turun ke 3,3% karena tekanan dari kenaikan upah minimum 6,5% dan biaya ekspansi yang belum sepenuhnya stabil. EPS FY25 diprediksi hanya tumbuh +7,6% YoY, tapi bersiaplah untuk lonjakan di FY26, yang diproyeksikan melonjak +24,8% YoY saat skala operasi membuahkan hasil.

Valuasi dan Rekomendasi: BUY, Tapi Hati-hati

Kami tetap merekomendasikan BUY untuk saham AMRT, meskipun target harga kami turunkan menjadi IDR2.600 (dari harga pasar IDR2.050 per 27 Maret 2025), memberi potensi return sekitar 26,8%. Penurunan valuasi ini didasari oleh perlambatan EPS dan tren konsumsi yang belum pulih sepenuhnya.

Valuasi kini menggunakan multiple 26,8x P/E, setara +0.5 SD dari rata-rata 5 tahun—turun dari sebelumnya +1.0 SD. Selain itu, kepemilikan asing yang mencapai 46,3% membuat saham ini cukup rentan terhadap arus keluar modal global.

Risiko Utama:

  • Pertumbuhan SSSG lebih rendah dari perkiraan
  • Daya beli masyarakat yang masih lemah
  • Proses optimalisasi DC yang berjalan lambat
  • Perlambatan ekonomi Indonesia

Kesimpulan: Risiko Tinggi, Tapi Potensi Jangka Panjang Tetap Menarik

Jadi, apakah kamu sebaiknya beli saham AMRT sekarang? Kalau kamu investor jangka pendek yang tak suka naik-turun, mungkin saham ini terasa terlalu “bergelombang”. Tapi buat kamu yang berpikir panjang—dan siap tahan guncangan—AMRT bisa jadi seperti benih yang sedang disiram. Memang sekarang masih butuh pupuk (alias investasi biaya), tapi bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan akan tumbuh jadi pohon kuat dengan buah manis: margin yang pulih dan EPS yang melesat.

Intinya? AMRT bukan untuk yang mau hasil cepat. Tapi untuk yang sabar, peluang jangka panjangnya tetap menjanjikan.

Referensi: 1

  1. Sumber Alfaria Trijaya[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *