Analisis Saham Indosat (ISAT): Prospek 2025 di Tengah Tantangan Kompetisi
Indosat Ooredoo Hutchison (ISAT) baru saja merilis laporan kinerja keuangan untuk tahun 2024, yang menunjukkan pertumbuhan pendapatan tetapi menghadapi tekanan dari persaingan industri yang semakin ketat. Dengan harga saham saat ini di level IDR1.730, apakah saham ISAT masih layak dikoleksi? Mari kita bedah lebih dalam kinerja, tantangan, serta prospek ke depan.
Kinerja Keuangan FY24: Pendapatan Naik, Laba Tidak Sesuai Harapan
ISAT mencatatkan pendapatan sebesar IDR55,9 triliun pada FY24, tumbuh 9,1% YoY. Kontribusi utama berasal dari segmen cellular services dan MIDI (Multimedia, Internet, Data), masing-masing meningkat 1,9% QoQ dan 7,5% QoQ. Namun, di sisi lain, perusahaan kehilangan sekitar 4 juta pelanggan dalam kuartal terakhir tahun ini, membuat total pelanggan turun menjadi 94,7 juta (-4,1% YoY).
Walaupun jumlah pelanggan berkurang, ARPU (Average Revenue Per User) naik menjadi IDR38,9 ribu (+4,6% QoQ, +1,0% YoY), didorong oleh peningkatan konsumsi data. EBITDA untuk 4Q24 turun ke IDR6,4 triliun (-3,2% QoQ), namun sepanjang FY24 tetap mengalami pertumbuhan sebesar 10,2% YoY menjadi IDR26,4 triliun. Sayangnya, laba bersih ISAT di 4Q24 anjlok 39,9% YoY akibat tidak adanya pendapatan sekali waktu dari penjualan menara seperti pada 4Q23.
Strategi ISAT Menghadapi Persaingan Ketat
Pada kuartal terakhir 2024, ISAT menghadapi tantangan berat akibat kompetitor yang agresif menurunkan harga paket perdana. Untuk mempertahankan pangsa pasar, ISAT meluncurkan berbagai promosi yang lebih terfokus.
- Strategi pricing: Penyesuaian harga secara bertahap dengan tetap mempertahankan ARPU yang sehat.
- Efisiensi operasional: Mengurangi pelanggan yang tidak aktif atau hanya berkontribusi kecil terhadap pendapatan.
- Ekspansi infrastruktur: Menambah jumlah BTS hingga 250.300 unit untuk memperluas jangkauan jaringan, terutama di luar Jawa.
ISAT juga memperkuat kehadiran di segmen fixed broadband dengan menawarkan layanan berkualitas tinggi dengan harga kompetitif. Perusahaan menargetkan pertumbuhan EBITDA lebih dari 10% di FY25, didorong oleh ekspansi ARPU dan bisnis GPU as-a-service, yang diproyeksikan menghasilkan pendapatan USD35-45 juta dengan margin EBITDA sekitar 60%.
Prospek 2025: Optimisme di Tengah Tantangan
ISAT tetap optimis terhadap pertumbuhan industri telekomunikasi di 2025, dengan estimasi pertumbuhan pendapatan sektor ini sebesar 4%-5%, lebih tinggi dibandingkan 2%-3% di 2024. Perusahaan juga merencanakan peningkatan rasio pembayaran dividen ke 70% pada 2026, yang berarti pemegang saham bisa mengantisipasi dividen sekitar IDR3,8 triliun dengan dividend yield sekitar 7%.
Risiko yang Perlu Diwaspadai
Meski ada optimisme, investor perlu memperhatikan beberapa risiko yang bisa menghambat pertumbuhan ISAT:
- Tekanan terhadap ARPU dan pertumbuhan trafik akibat kompetisi harga.
- Maraknya paket internet ilegal dengan harga lebih murah yang bisa mengganggu ekosistem pasar.
- Ketergantungan pada investasi besar di infrastruktur dan teknologi AI yang memerlukan waktu untuk memberikan hasil maksimal.
Kesimpulan: Apakah Saham ISAT Layak Dikoleksi?
Meskipun ISAT menghadapi tantangan besar di 2024, fundamental perusahaan tetap solid dengan strategi yang jelas untuk 2025. Dengan target harga terbaru kami IDR2.500, saham ini masih menawarkan potensi kenaikan 44,5% dari harga saat ini. Namun, investor tetap perlu mencermati perkembangan industri, terutama persaingan harga dan strategi akuisisi pelanggan.
Bagi investor jangka panjang yang mencari saham dengan prospek pertumbuhan, dividen menarik, serta eksposur ke sektor telekomunikasi yang terus berkembang, ISAT tetap menjadi pilihan yang layak dipertimbangkan.
Referensi: Indosat