Kabar Pasar

Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Bank Indonesia pada Rabu (18/12) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level 6%, dengan deposit facility dan lending facility masing-masing dipertahankan di level 5,25% dan 6,75%. Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi konsensus.

Alasan di Balik Keputusan BI

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa keputusan ini diambil seiring tingginya ketidakpastian ekonomi global, terutama terkait dengan arah kebijakan AS dan ketegangan geopolitik di berbagai wilayah. Menurut Perry, ketidakpastian ini telah mendorong penguatan dolar AS, dengan indeks DXY mengalami penguatan sebesar +1,2% MTD ke level 107 per Rabu (18/12) seiring aliran dana yang berpindah ke negara-negara tersebut.

Konsekuensi untuk Suku Bunga dan Nilai Tukar

Bank Indonesia harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam mempertahankan suku bunga BI Rate. Menurut analisis CME FedWatch Tool, probabilitas pemangkasan suku bunga AS sebesar ≈75 bps hingga Juni 2025 turun dari level 62,7% (5/11) menjadi 37,1% per Rabu (18/12). Hal ini menunjukkan bahwa ruang untuk pemangkasan suku bunga di AS semakin menyempit setelah kemenangan Trump.

Di sisi lain, perkembangan makro ini berdampak pada penurunan kurs rupiah terhadap dolar AS sebesar -1,5% MTD ke level 16.090. Namun, Perry optimis bahwa kurs rupiah saat ini masih relatif terkendali dan mempercayai bahwa ke depannya akan tetap stabil sejalan dengan komitmen Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas, serta faktor-faktor pendukung seperti yield obligasi pemerintah yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang masih baik.

Dampak Terhadap Pasar Modal

Sentimen suku bunga yang lebih hawkish telah mendorong keluarnya arus modal dari IHSG, dengan net foreign outflow mencapai 10,1 triliun rupiah dalam 1 bulan terakhir per 17 Desember 2024. Sementara itu, yield obligasi pemerintah Indonesia secara umum mengalami kenaikan. Momen ini dapat dimanfaatkan oleh investor untuk mengunci yield obligasi yang lebih tinggi, seperti PBS032 (jatuh tempo dalam 1,5 tahun) yang menawarkan yield sebesar 6,76% atau FR0076 (jatuh tempo dalam 23 tahun) yang menawarkan yield sebesar 7,12%.

Kesimpulan

Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan adalah langkah yang strategis. Ini mencerminkan komitmen mereka terhadap stabilitas ekonomi dan keuangan di Indonesia. Bagi para investor, situasi ini menawarkan peluang untuk memanfaatkan yield obligasi yang lebih tinggi, sambil tetap memperhatikan dinamika pasar dan global yang berubah-ubah. Apakah Anda sudah mempertimbangkan untuk berinvestasi di obligasi pemerintah dalam situasi ini?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *