Berita Korporasi

Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hadapi Tantangan di Awal 2025: Laba Turun dan Beban Provisi Meningkat

Bank Rakyat Indonesia (BBRI) baru saja merilis laporan keuangannya yang membuat banyak investor merinding. Pada Januari 2025, BBRI mencatat laba bersih (bank only) sebesar 2 triliun rupiah, turun drastis sebesar -58% YoY dan -58% MoM. Kenapa bisa begitu? Mari kita kupas tuntas!

Kenapa Laba Bersih BRI Terjun Bebas?

Berdasarkan laporan, dua faktor utama yang menyebabkan penurunan laba ini meliputi:

  • Beban Provisi: Beban provisi melonjak hingga 5,6 triliun rupiah, naik signifikan dibandingkan dengan 2 triliun rupiah pada Januari 2024. Ini mencerminkan tekanan pada credit cost yang semakin tinggi.
  • Net Interest Margin (NIM): NIM juga ikut terjun ke level 6,15%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di angka 6,63%.

Gambaran Yang Lebih Luas

Pada earnings call bulan ini, manajemen BBRI mengisyaratkan adanya potensi penyesuaian satu kali yang mungkin terjadi akibat modification loss dan front-loading provisions yang dapat mempengaruhi NIM dan credit cost sepanjang paruh pertama 2025. Walaupun ekspektasi penurunan NIM dan lonjakan beban provisi sudah tertebak, reaksi pasar cukup mengejutkan.

Reaksi Pasar dan Penurunan Saham

Saham BBRI mengalami penurunan hingga -7,4% pada perdagangan hari itu, Jumat (28/2). Ini adalah respons pasar atas hasil kinerja yang dianggap buruk. Dalam panggilan telepon tersebut, manajemen juga menyebutkan bahwa dari total beban provisi 5,6 triliun rupiah, sekitar 2 triliun rupiah merupakan provision secara sistem, sementara 3,5 triliun rupiah adalah tambahan dari manajemen berkaitan dengan risiko restrukturisasi kredit, khususnya untuk program Kupedes (kredit untuk sektor mikro).

Proyeksi Ke Depan

Menurut manajemen, meskipun beban provisi akan berkurang di bulan-bulan mendatang, guidance untuk credit costs di kisaran 300-320 bps pada FY25F sudah termasuk beban dari management overlay. Proyeksi kinerja sangat bergantung pada beberapa faktor kunci seperti pertumbuhan kredit dan penyelesaian restrukturisasi.

Dividen BBRI dan Valuasi Saham

Selain fokus pada kinerja finansial, tim manajemen juga membahas potensi divident payout ratio (DPR) untuk tahun buku 2024 yang diperkirakan di 85%, lebih tinggi dari tahun sebelumnya di 80%. Dengan DPR siap 85%, dividen final diharapkan mencapai 204 rupiah per saham, yang berarti dividend yield mencapai 6,1% berdasarkan harga penutupan terbaru di 3.360 rupiah.

Kesimpulan

Jadi, jika kamu seorang investor, tetaplah waspada! Pemulihan kinerja BBRI dalam beberapa bulan ke depan adalah hal yang perlu dicermati. Meski ada tantangan dan risiko, harga saham BBRI saat ini diperdagangkan pada valuasi terendah sejak pandemi Covid-19, memberikan peluang tapi juga risiko. Apakah kamu yakin siap mengambil langkah selanjutnya di pasar yang penuh ketidakpastian ini?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *