Kabar Pasar

Ekonomi Indonesia 1Q25: Pertumbuhan Terlemah Sejak 3Q21

Sepertinya akhir-akhir ini kita selalu mendengar berita tentang ekonomi Indonesia ini. Berdasarkan data terbaru yang dikeluarkan oleh BPS, ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 4,87% YoY pada 1Q25. Cukup mengecewakan mengingat ekspektasi konsensus memprediksi pertumbuhan sekitar 4,91% YoY. Ini adalah pertumbuhan terlemah sejak 3Q21, bahkan lebih rendah dibandingkan target pemerintah yang menargetkan 5,2% YoY.

Apa yang Mendorong Angka Ini?

Lihat lebih dalam, pertumbuhan kuartalan menunjukkan angka yang lebih suram dengan adanya kontraksi -0,98% QoQ, melewati ekspektasi konsensus yang lebih optimis, yaitu -0,89% QoQ. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk penurunan tajam dalam konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh 4,89% YoY dan juga penurunan konsumsi pemerintah yang mencolok, -1,42% YoY, dibandingkan 19,9% YoY pada 1Q24.

Pengaruh Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Sebetulnya, banyak yang beranggapan bahwa melambatnya pertumbuhan ekonomi ini sangat berkaitan dengan perubahan pola konsumsi masyarakat akibat faktor seasonality Lebaran dan juga diminimalkannya insentif bagi masyarakat yang berdampak langsung pada daya beli. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan bahwa konsumsi rumah tangga dan penurunan konsumsi pemerintah terdampak efek dari penyelenggaraan pemilu yang menghasilkan high-base effect.

Amalia menambahkan bahwa dampak efisiensi anggaran pada APBN 2025 juga menjadi bumerang terhadap konsumsi pemerintah, yang diperkirakan akan lebih terlihat pada 2Q25.

Harapan di Tengah Ketidakpastian

Tentunya, para penggiat ekonomi berharap ada terobosan yang membawa perubahan positif. Namun, untuk saat ini, pelambatan dalam pembentukan modal tetap bruto (PMTB) juga terpengaruh oleh ketidakpastian global, di mana hanya tumbuh 2,12% YoY dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3,78% YoY.

Meski demikian, ada sedikit sinar harapan: pertumbuhan ekonomi Indonesia di 1Q25 lebih ditopang oleh kontribusi net ekspor, yang memberikan andil sebesar 0,83% untuk pertumbuhan. Sektor-sektor seperti pertanian masih mencatatkan kontribusi yang cukup baik, yaitu pertumbuhan 10,52% YoY, yang menjadikannya sektor kontributor terbesar.

Penutup

Kalau kita tarik garis besar dari semua ini, meskipun situasinya sulit, ekspektasi untuk pertumbuhan di kuartal selanjutnya masih dibuka lebar jika pemerintah mengambil langkah-langkah yang tepat. Tentu kita semua ingin berharap agar kebijakan-kebijakan yang diambil mampu mengubah keadaan ini. Makanya, mari kita terus mengikuti perkembangan ini agar tidak ketinggalan informasi dan melihat bagaimana kebijakan pemerintah bisa mengubah arah ekonomi kita ke depan!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *