Kapan Waktu Terbaik Beli Saham? Strategi Jitu & Rekomendasi Saham Murah di 2025
Pasar Saham Lagi Turun, Tapi Kok Banyak yang Malah Borong?
Kalau kamu ngelihat kondisi pasar saham Indonesia sekarang, mungkin kamu bertanya-tanya: “Ini IHSG kenapa makin lesu ya? Apa masih ada harapan?” Jawabannya? Justru sekarang ini banyak saham yang sudah diskon besar-besaran. Tapi, apakah ini waktu yang tepat untuk masuk?
Well, jawabannya: iya dan tidak. Kenapa? Karena meskipun secara valuasi saham-saham tertentu udah tergolong murah—apalagi yang kinerjanya masih sehat—tapi banyak juga yang terus turun bahkan jebol support teknikalnya. Nah, ini kenapa kita perlu bahas strategi belinya, bukan cuma sekadar lihat harga murah doang.
Apa Sih yang Bikin Harga Saham Bergerak?
Sebelum kamu asal beli, penting buat tahu apa yang ngatur harga saham di pasar? Tiga faktor utama ini punya pengaruh besar banget:
1. Fundamental Emiten
Ini soal laporan keuangan. Kalau laba bersih emiten naik tajam, investor pasti tertarik buat masuk. Permintaan naik, harga ikut naik. Tapi kalau kinerjanya loyo atau turun terus? Ya investor kabur, harga saham pun ikut melorot.
2. Ekonomi Makro
Investor asing sangat memperhatikan data ekonomi Indonesia. Ketika ekonomi tumbuh, inflasi rendah, APBN terkendali, dan suku bunga rendah, mereka mulai masuk (inflow). Uang asing ini bikin saham-saham unggulan (terutama di indeks seperti MSCI dan FTSE) ikut naik.
Sebaliknya, kalau ekonominya seret—misalnya inflasi tinggi atau suku bunga naik—asing bisa kabur (outflow), bikin harga saham makin turun karena yang banyak justru aksi jual.
3. Aksi Big Funds & Investor Institusi
Contohnya kayak Lo Kheng Hong beli BBRI pas murah atau Hermanto Tanoko yang borong BDMN. Ketika investor gede mulai masuk, harga saham bisa naik tajam walaupun belum ada sentimen fundamental atau makro yang positif. Jadi, pergerakan saham itu juga bisa didorong oleh aksi para ‘pemain besar’ ini.
Lalu, Kapan Waktu Terbaik Beli Saham?
Ini pertanyaan sejuta umat. Sayangnya, nggak ada jawaban pasti. Tapi tenang, kamu bisa pilih salah satu dari tiga strategi umum berikut:
1. All-in Saat Saham Dianggap Murah
Strategi ini cocok buat kamu yang punya keyakinan tinggi dan bisa analisa valuasi. Tapi risikonya tinggi juga—ibaratnya nangkep pisau jatuh. Kalau pas beli, big fund juga ikut masuk, kamu bisa cuan cepat. Tapi kalau belum, ya siap-siap floating loss dulu.
2. All-in Saat Ada Konfirmasi Buy
Ini strategi yang nunggu sinyal teknikal dulu. Tunggu harga rebound signifikan setelah downtrend panjang. Lebih aman, tapi hati-hati: kalau sinyalnya ternyata false break, bisa nyangkut juga.
3. Beli Bertahap (Averaging)
Cara paling “kalem”. Modal dibagi 3–5 kali masuk. Bisa berdasarkan penurunan persentase atau setiap menyentuh support. Kelebihannya? Kamu dapat harga rata-rata yang lumayan bagus. Kekurangannya? Kalau market rebound cepat, kamu nggak full masuk, dan kalau terus turun, ya tetap ada potensi rugi. Tapi ini bisa diredam kalau fundamental sahamnya masih oke.
Checklist Saham Diskon Tapi Berkualitas
Gimana caranya milih saham murah yang layak dikoleksi? Ini dia kriteria dari Mikir Dividen yang bisa kamu jadiin acuan:
- Bobot Besar di IHSG – Saham-saham yang mempengaruhi indeks besar seperti BBRI, TLKM, atau BBCA, biasanya likuid dan punya perhatian dari investor institusi.
- Prospek Bisnis Jelas – Perusahaan masih terus ekspansi atau punya economic moat yang kuat.
- Valuasi Murah – Bandingkan PE, PBV dengan sektor sejenis. Bisa juga pakai DCF kalau mau lebih detail.
- Dividen Rutin – Dividen kecil juga oke asal bisnisnya tumbuh cepat. Misalnya CLEO, dividen kecil tapi pertumbuhannya dobel digit.
- Manajemen Utang Sehat – Interest coverage harus di atas 1x, idealnya 3x. Hindari saham dengan utang jangka pendek terlalu banyak & cash tipis, apalagi di tengah potensi risiko makro seperti resesi.
Rekomendasi 3 Saham Murah Versi Mikir Dividen (Maret 2025)
1. TOWR (Tower Bersama Infrastructure)
Saham sektor menara telekomunikasi yang sempat terjun bebas. Tapi, mereka masih ekspansi agresif dan menjadi pemain utama di sektor ini. Kombinasi aset menara dan fiber optik bisa mendorong kinerja lebih baik dibanding TBIG atau MTEL. Target harga di Rp1.090, masih menarik selama di bawah Rp600 per saham.
2. BBTN (Bank Tabungan Negara)
Bank BUMN ini punya valuasi yang sudah sangat murah. Saat suku bunga mulai melandai (diprediksi di semester kedua), BBTN bisa jadi primadona. Target harga optimistis di Rp1.700, menarik beli kalau masih di bawah Rp900.
3. TBLA (Tunas Baru Lampung)
Perusahaan kelapa sawit dan biodiesel ini diperkirakan akan cetak pertumbuhan laba hingga 25% di 2025. Mereka juga sedang ekspansi dengan pabrik biodiesel baru. Target harga di Rp735, menarik dibeli di bawah Rp600.
Kesimpulan: Jangan Asal Murah, Tapi Harus Berkualitas
Ingat, harga murah bukan jaminan untung cepat. Tapi kalau kamu bisa gabungkan analisa fundamental, teknikal, dan momentum ekonomi, kamu bisa ambil keputusan lebih bijak. Pilih strategi yang cocok dengan karaktermu—apakah kamu tipe agresif, konservatif, atau suka main aman pakai averaging.
Terakhir, jangan lupa buat terus monitor ekonomi makro dan aksi investor asing. Karena pasar saham itu kayak ombak—kalau kamu tahu kapan arusnya berubah, kamu bisa selancar lebih mulus.