Kabar Pasar

Kenaikan Kurs Rupiah dan Dampaknya Terhadap Ekonomi Indonesia

Kurs rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan sebesar 0,66% hingga mencapai level 16.173 pada Jumat, 24 Januari 2025. Ini menandakan penguatan yang sedang berlangsung selama lima hari terakhir dan tercatat mengalami apresiasi sebesar 1,17% week-on-week (WoW). Selain itu, mata uang sejumlah negara emerging market lainnya juga menunjukkan penguatan terhadap dolar AS selama sepekan terakhir, seperti ringgit Malaysia (+3,05% WoW), baht Thailand (+2,34% WoW), dan peso Filipina (+0,48% WoW).

Penyebab Penguatan Rupiah

Penguatan kurs rupiah ini didorong oleh meredanya risiko perang dagang antara AS dan China. Setelah Presiden AS, Donald Trump, mengatakan pada hari Kamis (23 Januari) bahwa dia dapat mencapai kesepakatan perdagangan yang adil (fair trade) dengan China. Trump mengungkapkan bahwa dia telah berbincang dengan Presiden China, Xi Jinping, pada pekan lalu sebelum dilantik, dan percakapan tersebut berlangsung baik dan bersahabat.

Trump juga menyatakan lebih memilih untuk tidak menerapkan tarif impor terhadap China, meskipun dia menekankan bahwa tarif impor tetap menjadi alat yang ampuh bagi AS untuk mendapatkan kekuasaan lebih besar atas China. Pernyataan ini muncul beberapa hari setelah dia mengumumkan akan menerapkan tarif impor sebesar 10% terhadap China mulai 1 Februari 2025, dengan alasan bahwa negara tersebut telah memasarkan narkotika ke AS melalui Kanada dan Meksiko.

Di saat dilantik, Trump memberlakukan kebijakan tarif impor sebesar 25% untuk Kanada dan Meksiko, sementara ancaman tarif impor terhadap China kali ini terasa lebih lunak dibandingkan janji kampanyenya yang menyebutkan akan menerapkan tarif impor hingga 60% bagi China.

Prediksi Pasar Mata Uang

Market Strategist di Krung Thai Bank, Poon Panichpibool, menyatakan kepada Reuters, bahwa kurs mata uang negara-negara Asia akan menguat dan yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun cenderung stabil atau menurun, selama pelaku pasar tetap optimis bahwa pemerintahan Trump tidak akan segera menerapkan kenaikan tarif dan besaran tarif tidak akan separah yang dikhawatirkan sebelumnya.

Pentingnya Memantau Hubungan AS–China

Bagi para investor, perlu untuk memonitor perkembangan hubungan AS–China dengan seksama, karena isu ini berpotensi memiliki implikasi terhadap prospek inflasi dan suku bunga AS. Oleh karena itu, pasar diprediksi masih cenderung volatil sampai ada perkembangan yang lebih konkret.

Investasi yang Perlu Dipertimbangkan

Bagi investor yang lebih konservatif, salah satu opsi yang bisa dipertimbangkan adalah obligasi pemerintah jangka pendek seperti PBS003, yang menawarkan yield sebesar 6,61% per tahun dengan tenor sekitar 2 tahun. Sementara itu, investor yang memiliki risk appetite lebih tinggi mungkin ingin mempertimbangkan saham-saham dari big banks, seperti BMRI dan BBCA.

Kesimpulan

Penguatan kurs rupiah kembali menjadi sorotan pasar, terutama dengan adanya pernyataan positif dari Presiden AS mengenai hubungan dagang dengan China. Ini harus menjadi perhatian penting bagi setiap investor untuk mengambil langkah strategis di tengah ketidakpastian yang terjadi. Dengan memahami dinamika ini, investor diharapkan dapat mengambil keputusan yang lebih cerdas dalam merencanakan investasi mereka di masa mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *