Merger dan Akuisisi: Peluang Emas atau Pedang Bermata Dua?
Dalam dunia saham, merger dan akuisisi selalu menjadi topik yang menarik perhatian investor. Kenapa? Karena keduanya merupakan strategi pertumbuhan anorganik yang sering kali membuat bisnis bertumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan organik. Namun, di balik potensi keuntungan, ada risiko yang juga harus dipahami oleh setiap investor. Jadi, apa sebenarnya yang membuat merger dan akuisisi ini begitu menarik? Yuk, kita bahas lebih dalam!
Apa Itu Pertumbuhan Anorganik?
Ketika sebuah perusahaan ingin tumbuh lebih cepat, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui merger atau akuisisi. Berbeda dengan pertumbuhan organik yang didapat dari peningkatan revenue, ekspansi kapasitas produksi, atau kenaikan laba bersih secara perlahan, pertumbuhan anorganik bisa mempercepat segalanya. Dengan melakukan akuisisi, sebuah perusahaan bisa segera mendapatkan aset, pasar baru, dan bahkan teknologi baru dari perusahaan yang diakuisisi.
Kapan Merger dan Akuisisi Dibutuhkan?
Bagi perusahaan kecil, pertumbuhan organik mungkin masih memungkinkan untuk menghasilkan pertumbuhan yang cepat. Namun, bagi perusahaan besar, pertumbuhan dengan cara organik sering kali terlalu lambat. Di sinilah merger atau akuisisi menjadi solusi. Dengan mengakuisisi perusahaan lain, terutama yang berada di sektor yang berbeda, perusahaan dapat memperluas cakupan bisnisnya secara signifikan.
Contoh Kasus: Akuisisi DOID
Misalnya, DOID yang sempat berencana mengakuisisi tambang batu bara metalurgi pada akhir 2023. Walaupun rencana tersebut gagal, mereka tetap mencari peluang akuisisi baru, seperti tambang batu bara yang lebih ramah lingkungan di Amerika Serikat. Strategi ini bertujuan untuk mendiversifikasi bisnis mereka, agar tetap relevan dalam menghadapi tren energi bersih.
Aksi Korporasi: Harapan dan Risiko
Saham-saham yang terlibat dalam aksi merger atau akuisisi biasanya mengalami kenaikan harga signifikan. Tapi, ada hal penting yang harus diingat: kenaikan harga ini sering kali hanya berlangsung sementara. Jika masuk di waktu yang tepat, potensi cuan memang besar. Namun, masuk di puncak harga bisa menjadi keputusan yang sangat berisiko.
Seperti pedang bermata dua, aksi korporasi ini bisa membawa keuntungan jika kita paham betul kapan harus masuk dan keluar. Namun, jika masuk di waktu yang salah, bukan tidak mungkin kita justru mengalami kerugian yang besar.
Mengenali Tipe Akuisisi dan Merger
Sebelum berinvestasi, kita perlu memahami dulu jenis transaksi yang terjadi. Apakah ini akuisisi murni, merger, backdoor listing, atau hanya sekadar memenuhi ketentuan regulator? Contoh backdoor listing seperti yang terjadi pada beberapa saham third-liner, di mana perusahaan yang diakuisisi harganya cenderung murah dengan prospek yang kurang jelas, tapi kemudian diubah menjadi bisnis yang lebih menjanjikan.
Contoh Kasus: Merger XL Axiata dan Link Net
Salah satu contoh lain adalah merger antara XL Axiata dan Link Net. Walaupun proses akuisisinya sudah selesai pada 2022, proses konsolidasi baru berjalan di 2024. Konsolidasi ini diharapkan membawa dampak positif bagi kinerja kedua perusahaan, terutama setelah mereka menggabungkan sumber daya dan teknologi yang dimiliki.
Strategi Investasi di Saham Merger dan Akuisisi
Jadi, bagaimana strategi kita sebagai investor? Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk memaksimalkan potensi cuan dari saham-saham yang terlibat dalam merger dan akuisisi:
- Pahami jenis transaksi. Apakah ini akuisisi, merger, atau backdoor listing? Setiap jenis transaksi memiliki risiko dan potensi yang berbeda.
- Pantau perkembangan transaksi. Ketahui sampai mana proses aksi korporasi tersebut. Apakah masih di tahap PDKT (pendekatan), due diligence, atau sudah sampai pada penandatanganan perjanjian jual beli (CSPA)?
- Pertimbangkan mandatory tender offer. Terkadang, setelah akuisisi selesai, ada mandatory tender offer di mana perusahaan pembeli harus menawarkan saham kepada investor publik dengan harga yang lebih tinggi dari pasar. Apakah ini kesempatan untuk exit?
Kapan Waktu yang Tepat untuk Keluar?
Setelah akuisisi atau merger selesai, harga saham memang sering kali naik. Namun, ini tidak berarti bahwa harga tersebut akan terus naik. Ada kalanya harga saham justru dibanting setelah euforia mereda. Contohnya pada saham SMMT yang sempat mengalami kenaikan setelah akuisisi, namun kemudian turun setelah aksi tersebut selesai.
Kesimpulan: Risiko dan Reward Merger dan Akuisisi
Investasi di saham yang sedang terlibat dalam merger atau akuisisi bisa sangat menguntungkan, namun risikonya juga tidak bisa diabaikan. Sama seperti membeli saham IPO, sentimen positif sering kali hanya bertahan di awal, dan harga saham bisa jatuh setelahnya. Jika ingin berinvestasi di saham seperti ini, pastikan kita memahami risikonya—baik itu dari aksi korporasi yang batal, suspensi saham, hingga penempatan di notasi khusus. Jadi, sebelum kita mengambil keputusan, pikirkan baik-baik, apakah kita ingin stay lama, atau cukup ambil untung secepatnya?