Kabar Pasar

Penurunan Suku Bunga BI Rate: Tindakan Berani di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Bank Indonesia baru saja membuat keputusan yang mengejutkan pasar dengan menurunkan BI Rate sebesar -25 basis poin menjadi 5,75% pada Rabu, 15 Januari. Selain itu, deposit facility dan lending facility juga mengalami penurunan sebesar -25 basis poin, masing-masing menjadi 5% dan 6,5%. Keputusan ini di luar ekspektasi konsensus yang sebelumnya memperkirakan BI Rate tetap di level 6%.

Mengapa Keputusan Ini Diterima?

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bank Indonesia sendiri telah memangkas outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 dari kisaran +4,8%–5,6% menjadi +4,7%–5,5%, mengingat adanya pelemahan dalam konsumsi, lapangan kerja, investasi, dan ekspor.

Prediksi Pertumbuhan dan Inflasi

Untuk kuartal keempat 2024, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan berkisar di +5%–5,1%. Sementara itu, inflasi diprediksi tetap rendah hingga 2025 dan 2026, sesuai dengan target sebelumnya yang berkisar di 1,5%–3,5% (vs. inflasi 2024: 1,57%).

Menariknya, pemangkasan BI Rate ini terjadi di antara pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS yang dipicu oleh ketidakpastian geopolitik dan kebijakan pemerintah baru AS, serta adanya penguatan narasi “higher-for-longer” terkait suku bunga AS. Bank Indonesia pun mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed di 2025, dari -50 basis poin menjadi hanya -25 basis poin.

Upaya untuk Menjaga Stabilitas

Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus melakukan intervensi di pasar obligasi, spot, dan domestic non–deliverable forward. Selain itu, mereka juga sedang menyiapkan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI) dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) sebagai instrumen insentif tambahan untuk penempatan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA).

Respon Pasar Setelah Keputusan

Pascapengumuman pemangkasan BI Rate, IHSG mencatat penguatan sebesar +1,77%, meskipun kurs rupiah melemah -0,3% terhadap dolar AS. Uniknya, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun juga turun -0,4 basis poin menjadi 7,272%.

Keputusan yang tidak terduga ini mendapat sambutan positif dari market, dengan mencatatkan net foreign inflow mencapai 580 miliar rupiah dan menjadi inflow pertama sejak 9 Januari 2025. Sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga, seperti perbankan dan properti, mengalami kenaikan signifikan.

List Performa Saham Sektor Perbankan dan Properti

Sebelum melangkah lebih jauh, investor perlu mencermati rilis data inflasi AS yang akan diumumkan pada Rabu, 15 Januari, yang berpotensi memberikan tekanan lebih lanjut pada nilai tukar rupiah, terutama jika data tersebut bersifat hawkish.

Kesimpulan

Dengan langkah penurunan suku bunga ini, Bank Indonesia menunjukkan komitmennya dalam menstabilkan perekonomian di tengah tantangan yang ada. Apakah langkah ini cukup efektif untuk memulihkan stabilitas nilai tukar rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi? Hanya waktu yang akan menjawabnya, namun satu hal yang pasti—pasar akan selalu memperhatikan setiap langkah yang diambil oleh kebijakan moneter. Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa mengunjungi sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *