Perang Dagang Berlanjut: China Resmi Umumkan Tarif Balasan untuk Produk AS
Hari Selasa ini, tepatnya pada 4 Maret 2025, China kembali membuat dunia perdagangan bergejolak. Mereka mengumumkan tarif balasan anyar, dengan kisaran antara 10% hingga 15% untuk produk yang diimpor dari Amerika Serikat, yang mulai berlaku pada 10 Maret nanti. Ini menandai langkah kedua China sebagai reaksi terhadap kebijakan proteksionis AS, setelah sebelumnya menerapkan tarif balasan 10% pada 10 Februari lalu.
Pengumuman ini datang setelah AS mengenakan tarif tambahan sebesar 10% pada produk impor asal China. Akibatnya, total tarif yang dikenakan oleh AS untuk produk China kini mencapai 20%.
Menariknya, bukan hanya China yang terkena dampak. AS juga mulai menerapkan tarif 25% untuk Kanada dan Meksiko. Kecuali untuk produk energi dari Kanada yang hanya dikenakan tarif 10%. Tanggapan ini langsung direspons oleh Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, yang berencana mengenakan tarif balasan 25% untuk produk AS senilai 30 miliar dolar Kanada, dan mengancam akan memperluasnya hingga 125 miliar dolar Kanada jika tarif AS tidak dicabut dalam waktu 21 hari.
Perang dagang ini menjadi semakin rumit. Sebelumnya, penundaan penerapan tarif untuk Kanada dan Meksiko terjadi selama sebulan terkait negosiasi untuk mengendalikan peredaran narkotika di perbatasan. Namun, Presiden Trump menyatakan bahwa masih terdapat tingkat tinggi peredaran narkotika dari kedua negara tersebut yang tidak bisa diterima.
Kebijakan tarif ini hanya sebagian dari langkah proteksionis Trump. Direncanakan pada 12 Maret 2025 nanti, Trump juga akan menerapkan tarif 25% pada komoditas besi, aluminium, dan bahkan mobil. Jika itu belum cukup, dia juga mengancam akan mengenakan tarif balasan bagi negara yang menghambat perdagangan dengan AS.
Belum selesai sampai di situ. Baru-baru ini Bloomberg melaporkan bahwa masih banyak hal yang belum jelas mengenai kebijakan tarif ini, seperti mana tarif spesifik yang akan dikenakan dan kapan tenggat waktunya. Apakah tarif untuk komoditas tertentu akan digabungkan dengan tarif regional atau diimplementasikan secara terpisah? Hanya waktu yang akan menjawab.
Selasa kemarin, indeks dolar AS (DXY) mengalami penurunan sebesar 0,81% ke level 106.7. Indeks bursa saham AS pun ikut tertekan, di mana S&P 500, Dow Jones, serta Nasdaq masing-masing melemah 1,76%, 1,48%, dan 2,2%. Di Indonesia, IHSG turut merosot 2,14% pada hari ini. Yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun tercatat flat di level 6,85%, sementara kurs rupiah sedikit menguat 0,21% ke level 16.445.
Ketidakpastian Ekonomi Global Meningkat
Eskalasi dalam perang dagang ini kembali memunculkan ketidakpastian di pasar global dan memengaruhi proyeksi pemangkasan suku bunga. Di satu sisi, tarif tambahan dari AS berpotensi mendorong inflasi di dalam negeri, sementara di sisi lain, tarif balasan dari negara lain dapat melemahkan ekspor AS dan ekonomi secara keseluruhan. Kedua faktor ini akan sangat memengaruhi keputusan suku bunga yang diambil oleh The Fed.
Menurut analisis dari CME FedWatch Tool, probabilitas pemangkasan suku bunga AS mencapai lebih dari 50 bps sepanjang tahun 2025 kini meningkat menjadi 68%, dari sebelumnya hanya 41% sepekan lalu. Di tengah ketidakpastian ini, investor di pasar modal Indonesia pun harus tetap waspada.
Bagaimana Para Investor Harus Bertindak?
Melihat kondisi yang semakin bergejolak ini, investor disarankan untuk mempertimbangkan langkah-langkah strategis. Mengunci yield obligasi dengan tenor singkat seperti PBS003 (dengan yield 6,37% per tahun saat ini) bisa menjadi pilihan cerdas. Untuk yang lebih berani, mungkin bisa menyediakan ruang untuk berinvestasi pada saham berkualitas yang saat ini tengah mengalami penyesuaian harga, seperti Bank Central Asia (BBCA).
Kesimpulan
Perang dagang yang terus berlanjut ini menunjukkan bahwa ekonomi global masih berada di tangan yang tidak pasti. Ketika kebijakan tarif datang silih berganti, satu hal pasti: kita semua harus tetap waspada dan siap menghadapi perubahan yang ada. Apakah langkah-langkah yang diambil oleh negara-negara besar ini akan berujung pada harmoni atau justru memperburuk keadaan? Hanya waktu yang akan membuktikannya.