Perpanjangan Insentif HGBT: Peluang Baru untuk Industri Gas Bumi di Indonesia
Pemerintah Indonesia baru saja mengumumkan bahwa mereka melanjutkan program insentif harga gas bumi tertentu (HGBT), berdasarkan Keputusan Menteri ESDM yang dikeluarkan pekan lalu. Dalam kebijakan terbaru ini, harga gas yang berlaku untuk sektor-sektor tertentu mengalami penyesuaian, dari kisaran 6-7 dolar AS per MMBtu menjadi 6,5-7 dolar AS per MMBtu. Menariknya, harga ini akan berlaku secara retroaktif mulai Januari 2025 dan periode insentif ini akan bertahan selama 5 tahun.
Apa Saja Sektor yang Diuntungkan?
Insentif HGBT ini tetap berlaku untuk 7 sektor industri, termasuk keramik, pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, kaca, dan sarung tangan karet. Komisaris Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), Edy Suryanto, mengungkapkan bahwa langkah ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing industri keramik di tanah air.
Kenapa Perpanjangan HGBT Itu Penting?
Edy menegaskan, perpanjangan insentif ini dianggap krusial untuk memberikan kepastian usaha dan menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif di dalam negeri. Menurutnya, insentif HGBT yang sudah berjalan dari 2020 hingga 2024, telah berhasil meningkatkan kapasitas produksi ubin keramik nasional hingga 90 juta meter persegi serta menarik investasi asing sekitar 20-23 triliun rupiah, yang turut menyerap sekitar 15.000 tenaga kerja baru.
Rencana Ekspansi dan Target Produksi
Dengan berlanjutnya insentif HGBT, Edy melanjutkan bahwa para anggota Asaki berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi ubin keramik sebanyak 45 juta meter persegi per tahun melalui investasi senilai 4 triliun rupiah, yang diharapkan dapat menyerap tambahan 5.000 tenaga kerja baru. Rencana tersebut ditargetkan akan rampung paling lambat pada paruh kedua tahun 2026.
Masalah Pasokan Gas
Meski Asaki mendukung kenaikan tarif HGBT, Edy menegaskan bahwa mereka berharap implementasi insentif ini dijalankan dengan baik di lapangan. Salah satu poin penting yang dia angkat adalah pasokan gas yang harus sesuai dengan kebutuhan industri, sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri ESDM.
Wacana Kenaikan Surcharge
Sebelumnya, Edy juga menyampaikan kekhawatiran terkait kenaikan surcharge oleh Perusahaan Gas Negara, yang menaikkan biaya tambahan penggunaan gas dari 13,85 dolar AS per MMBtu menjadi 16,77 dolar AS per MMBtu. Jika ini terjadi, tujuan HGBT untuk meningkatkan daya saing industri manufaktur dan mendukung pertumbuhan ekonomi dapat terancam.
Impak Positif Untuk Emiten
Insentif HGBT ini diyakini akan membawa sentimen positif bagi emiten yang peka terhadap harga gas, khususnya Arwana Citramulia (ARNA). Dengan perpanjangan insentif HGBT, Arwana dipastikan bisa tetap mengakses gas dengan harga yang lebih murah. Jadi, bagaimana sih dampaknya bagi mereka?
Kemudahan Akses: Perpanjangan HGBT memastikan Arwana tetap dapat mengakses gas dengan harga yang lebih kompetitif, mengingat biaya energi berkontribusi sekitar 32% dari total biaya produksinya pada 2024.
Harga Retroaktif: Harga baru akan diberlakukan mulai 1 Januari 2025, jadi selama bulan Januari-Februari 2025, Arwana tidak akan dikenakan tarif pasar yang lebih tinggi.
Kenaikan Terukur: Kenaikan tarif HGBT hanya akan meningkatkan biaya gas Arwana sekitar +10%, sedangkan mereka bisa meningkatkan harga jual rata-rata sekitar +2% untuk menutupi biaya gas tersebut, yang dianggap masih dalam batas wajar setelah penerapan regulasi bea masuk anti-dumping keramik.
Dengan perpanjangan insentif HGBT dan kenaikan harga yang moderat, stabilitas biaya produksi bagi Arwana dapat terjaga. Hal ini berpengaruh terhadap proyeksi pertumbuhan yang diyakini akan mencapai double-digit pada 2025, dengan laba bersih yang diperkirakan mencapai sekitar 500 miliar rupiah, meningkat lebih dari 17% dari tahun ke tahun.
Kesimpulan
Dengan segala keuntungan yang dihadirkan perpanjangan insentif HGBT ini, industri gas bumi dan manufaktur Indonesia sepertinya akan mendapatkan angin segar. Apakah kita bisa berharap pada pertumbuhan yang berkelanjutan di tengah berbagai tantangan ini? HGBT adalah salah satu kunci untuk membuka potensi besar di sektor ini, memberikan kepastian bagi pelaku industri, serta membuka peluang untuk investasi yang lebih besar ke depannya.