Saham yang Cocok buat Kamu Investor Tipe Contrarian
Mungkin kamu pernah mendengar kutipan dari Warren Buffett yang berkata, “Serakahlah saat orang lain takut dan takutlah saat orang lain serakah.” Prinsip ini adalah inti dari contrarian investing. Artinya, kamu berinvestasi dengan membeli saat banyak orang menjual dan menjual saat banyak orang membeli. Strategi ini terkenal dan digunakan oleh beberapa investor besar seperti Warren Buffett, Sir John Templeton, Ray Dalio, dan Bill Mann.
Pengertian Contrarian Investing
Contrarian investing adalah strategi di mana investor mengambil posisi yang berlawanan dengan mayoritas pasar. Saat pasar takut dan harga saham turun, investor contrarian akan membeli saham dengan harga rendah. Sebaliknya, saat pasar optimis dan harga saham naik, mereka akan menjual untuk mengambil keuntungan.
Kelebihan dan Kekurangan Contrarian Investing
Kelebihan: Kamu bisa membeli saham dengan harga murah, mendapatkan potensi keuntungan besar ketika pasar kembali naik.
Kekurangan: Risiko floating loss atau kerugian sementara saat tren turun masih berlangsung. Membutuhkan kesabaran dan analisis mendalam karena bisa jadi tren bullish masih berlanjut cukup lama.
Saham-Saham untuk Contrarian Investing Saat Ini
1. Saham BBRI
BBRI merupakan salah satu saham yang menarik untuk contrarian investing. Dalam beberapa pekan terakhir, harga saham BBRI turun karena banyak investor asing yang menjual sahamnya. Mengapa? Mereka mengambil keuntungan atau taking profit setelah harga saham naik sebelumnya.
Namun, apakah kondisi ini membuat BBRI tidak layak untuk dibeli? Tidak juga. Meski ada faktor eksternal seperti berakhirnya insentif restrukturisasi kredit UMKM Covid-19 pada Maret 2024 yang membuat non-performing loan (NPL) meningkat, BBRI tetap memiliki fundamental yang kuat. Pada kuartal 1 2024, BBRI menaikkan pencadangan sebesar 77%, yang membuat laba bersihnya hanya naik tipis meski kredit tetap ekspansif.
Segmen kredit mikro BBRI juga terdampak oleh suku bunga tinggi. Namun, bagi kamu yang berani mengambil risiko dan memiliki jangka waktu investasi 1-2 tahun atau lebih, harga saham BBRI yang sekarang murah bisa menjadi peluang besar. Harapannya, suku bunga akan turun dan ekonomi akan kembali tumbuh, sehingga kinerja BBRI pun membaik.
2. Saham Tower
Saham kedua yang menarik adalah Tower, anak perusahaan dari grup Jar Harum yang bisa dibilang “BBCA-nya” di sektor menara telekomunikasi. Dalam setahun terakhir, harga saham Tower terus turun dari 1.000-an ke 700-an, bahkan sempat mencapai 600-an.
Meskipun demikian, Tower adalah pemain agresif di pasar menara telekomunikasi. Setelah mengakuisisi SUPR pada 2021, mereka berencana mengakuisisi IBST tahun ini. Dengan kombinasi bisnis menara dan fiber optiknya, Tower menjadi pemimpin pasar di sektor ini.
Penurunan harga saham Tower disebabkan oleh beberapa faktor: tingkat debt-to-equity yang meningkat akibat ekspansi agresif ke teknologi 5G, melambatnya kinerja karena konsolidasi Indosat dan Tri Hutchison, serta isu Starlink yang bisa mengganggu bisnis menara telekomunikasi. Namun, Starlink diperkirakan akan berkolaborasi dengan stakeholder telekomunikasi Indonesia daripada menjadi pesaing langsung.
Dengan kondisi ini, penurunan harga saham Tower bisa menjadi peluang bagi investor contrarian. Saat penetrasi 5G meningkat, Tower yang sudah mempersiapkan infrastrukturnya akan menikmati keuntungan besar.
Kesimpulan
Contrarian investing adalah strategi yang menantang, namun bisa memberikan keuntungan besar jika dilakukan dengan benar. Dua saham yang bisa dipertimbangkan untuk strategi ini adalah BBRI dan Tower. Meski ada risiko floating loss, membeli saham dengan harga murah saat pasar takut dapat menghasilkan keuntungan yang besar di masa depan. Jadi, apakah kamu siap menjadi investor contrarian? Jika ada saham lain yang menurutmu menarik untuk contrarian investing, bagikan di kolom komentar!