Kabar Pasar

Stabilitas Suku Bunga di Tengah Volatilitas Rupiah

Update Kebijakan Moneter: Stabilitas Suku Bunga di Tengah Volatilitas Rupiah

Pada pertemuan penting bulan Juni, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap pada 6,25%, serta suku bunga fasilitas deposito dan pinjaman masing-masing pada 5,5% dan 7,0%. Keputusan ini diambil meskipun Rupiah baru-baru ini melemah ke level terlemah dalam empat tahun terakhir. BI tetap konsisten dengan pendekatannya yang pro-stabilitas, menggambarkannya sebagai ‘preventif’ dan ‘prospektif’.

Rupiah Kembali Melemah Akibat Volatilitas Eksternal

Rupiah telah kehilangan semua penguatan yang dicatatkan setelah kenaikan suku bunga mendadak sebesar 25bps oleh BI pada bulan April. Pelemahan terbaru mata uang ini utamanya dipicu oleh penundaan pelonggaran Federal Reserve dan kebutuhan untuk tetap sejajar dengan negara-negara mitra. BI diperkirakan akan terus melakukan intervensi dan menggunakan instrumen lainnya untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah dalam beberapa bulan mendatang, sambil memanfaatkan cadangan devisa yang mencukupi untuk meredam gejolak Rupiah dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

BI Menolak Kenaikan Suku Bunga Lebih Lanjut

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap solid di kisaran 4,7% – 5,5% pada tahun 2024, mendorong BI untuk mempertimbangkan dengan hati-hati kenaikan suku bunga lebih lanjut demi menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan. Meskipun suku bunga acuan berada pada level tertinggi sejak 2016, likuiditas masih relatif cukup, ditunjukkan oleh pertumbuhan deposito yang kuat sebesar 8,6% YoY pada Mei (dibandingkan dengan 8,2% YoY pada April). Kredit juga tumbuh sebesar 12,15% YoY pada Mei, didorong oleh belanja modal korporat dan belanja rumah tangga.

Tekanan Fundamen pada Rupiah Diperkirakan Akan Mereda di Kuartal Mendatang

Ke depan, BI akan melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing, mengoptimalkan instrumen moneter, dan mempertahankan yield yang kuat untuk menarik arus modal masuk. Dengan permintaan USD korporat mencapai puncaknya di Q2 dan berkurang di Q3, tekanan pada Rupiah diharapkan akan mereda dalam waktu dekat. Dukungan dari ekonomi domestik yang tangguh, ditunjukkan oleh inflasi yang terkendali, pertumbuhan ekonomi yang kokoh, likuiditas yang mencukupi, dan neraca pembayaran yang menguntungkan, memberikan ruang bagi BI untuk melakukan pemotongan suku bunga di masa mendatang sambil mengelola volatilitas jangka pendek melalui intervensi dan optimasi Sistem Rasio Cadangan Bank Indonesia (SRBI).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *