Kabar Pasar

Strategi Baru Indonesia dalam Menghadapi Tarif AS: Apa yang Harus Anda Ketahui?

Pada hari Selasa, 8 April, pemerintah Indonesia secara resmi mengumumkan langkah-langkah untuk merespons kebijakan tarif baru yang diterapkan oleh Amerika Serikat. Dalam pernyataannya, Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia akan mengambil langkah diplomasi melalui negosiasi dengan AS. Ini meliputi upaya untuk memperbarui perjanjian perdagangan dan investasi yang sudah hampir dua dekade tidak diperbaharui!

Dengan cara ini, pemerintah Indonesia sedang merancang beberapa kebijakan yang diharapkan bisa menarik perhatian AS dalam negosiasi tersebut:

  • Deregulasi Non–Tarif (NTMs)
    Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengungkapkan bahwa alternatif NTMs ini diambil sebagai respons terhadap penolakan AS atas tawaran Vietnam yang memberikan tarif impor 0%. Dalam hal ini, AS juga mempertimbangkan non–tariff barriers dalam negosiasi. NtMs ini mencakup:

    • Relaksasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di sektor teknologi dan komunikasi dari AS;
    • Evaluasi tata niaga impor, seperti penyederhanaan atau penghapusan kuota;
    • Percepatan sertifikasi halal.

    Saat ini, Indonesia menerapkan kewajiban TKDN minimum 25%, yang di beberapa produk ICT ditetapkan menjadi 35%.

  • Peningkatan Impor dari AS
    Kebijakan ini ditujukan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dengan AS. Pada tahun 2024, Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar 19,3 miliar dolar AS, menjadikannya yang terbesar keempat di Asia Tenggara. Rencana pemerintah termasuk peningkatan impor produk pertanian seperti kacang kedelai dan gandum, peralatan engineering, serta produk migas seperti LPG. Pastikan Anda perhatikan bahwa AS saat ini memenuhi 89% kebutuhan kedelai dan 53% kebutuhan LPG Indonesia!
  • Insentif Fiskal
    Tentu saja, untuk menarik lebih banyak investor, sejumlah insentif fiskal juga sudah disiapkan. Ini termasuk percepatan proses perpajakan, serta penyesuaian tarif seperti PPh impor dan bea keluar produk sawit.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, juga menyebutkan bahwa surat terkait dengan paket negosiasi ini telah dikirim kepada pemerintah AS. Mengingat dinamika negosiasi yang bisa berubah-segala hal ini berpotensi berdampak pada seluruh sektor.

Berfokus pada deregulasasi dan pelonggaran ketentuan impor, langkah ini diharapkan bisa meningkatkan daya saing bagi pelaku industri domestik. Namun, tidak bisa dipungkiri ada risiko pendapatan negara yang mungkin akan terdampak. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk memperhatikan perkembangan dalam negosiasi tarif ini.

Jangan Terbebani oleh Panic Sell!
Saat menghadapi perubahan ini, kami menyarankan agar investor tidak mudah panik. Jika Anda percaya pada fundamental saham yang Anda miliki, dianggap bijak untuk tetap berinvestasi. Sejarah mencatat bahwa pasar akan pulih meski mengalami krisis, seperti yang terlihat pada tahun 2008 dan 2020. Memiliki portofolio yang terdiversifikasi dapat membantu meminimalkan dampak dari volatilitas pasar. Anda mungkin bisa mempertimbangkan obligasi pemerintah jangka pendek yang lebih stabil seperti PBS003 atau ST014–T2 sebagai alternatif.

Dengan demikian, mari kita saksikan perkembangan ini dengan seksama. Siapa tahu, langkah-langkah ini membuat Indonesia semakin berdaya saing dan diminati di mata investor internasional. Apakah Anda siap untuk mengikuti tingkah laku pasar dalam situasi ini?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *